Wednesday, June 10, 2009

Satwa Langka Gunung Muria Terancam Punah


Gunung Muria, 18 kilometer utara kota kudus. Memiliki kekayaan alam yang tidak sedikit, sebenarnya cukup banyak jenisnya namun diduga aneka jenis flora & fauna Gunung setinggi 1602 mdpl tersebut terancam punah.

Adapun kekayaan Gunung Muria yang dicatat oleh perum perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, antara lain berupa sekitar 80 jenis pohon, palem-paleman dan rumput-rumputan.
Juga jenis pohon hasil penanaman, seperti mahoni (Swetenia mahagony) yang ditanam tahun 1942, tusam (pinus merkusii) yang ditanam tahun 1944, sengon (Albizza falcate) yang ditanam sporadis, Eucalyptus deglupa, dan kopi yang mulai ditanam tahun 1942.
Dari sisi fauna, dijumpai paling tidak lima jenis ular senduk (kobra jawa), sanca hijau, welang, weling, kera, landak, tupai, trenggiling, babi hutan, musang, ayam hutan, kijang, macan tutul, burung trucuk, kutilang, kacer kembang, lutung, cucak hijau, cucak kembang, ledekan, elang, rangkong, plontang tekukur, gelatik, kuntul,, prenjak, perkutut, ciblek, burung madu, truntung, pelatuk bawang, branjangan, burung hantu, dan brubut. Jenis burung masih banyak lagi.
Namun saat ini, yang masih sering kita lihat adalah bebrapa jenis burung dan 2 eor burung Elang yang menghiasi langit Muria.
Kawasan Gunung Muria ditetapkan sebagai hutan lindung berdasarkan surat keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 34, tangggal 24 Juni 1916 di Bogor (Jawa Barat).
Kawasan memiliki banyak puncak gunung, diantaranya adalah puncak Songolikur, puncak Argopiloso, puncak Argojembangan dan puncak Saptorenggo.
Adapun jenis tanah Gunung Muria berdasarkan peta tanah hijau TWG Dames tahun 1955, terdiri dari andasol dan laktosal coklat dan merah. Iklimnya, menurut Schmidt & Ferguson, termasuk tipe A dan tipe B yang dipenuhi angin Muson Barat dan angin Muson Timur, serta rata-rata curah hujan 2.494 milimeter per tahun.
Meskipun banyak kekayaan Gunung Muria yang mulai punah, sisa kekayaan yang berupa masjid & makam Sunan Muria, air tiga rasa di dukuh Rejenu, air terjun montel, wisata “kejawen” di puncak songolikur di Desa Rahtawu masih tetap ramai dikunjungi masyarakat. Apalagi sekarang di kawasan Colo telah dibangun sarana & prasarana yang lebih nyaman daripada dua atau tiga tahun sebelumnya. Seperti Graha Muria, Taman Ria Colo. Perjalanan menuju Air Tiga Rasa yang dulunya hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekarang dapat dilalu sepeda motor dengan jalan yang cukup mulus, namun pengendara harus tetap berhati-hati sebab sebelah kiri jalan adalah jurang.

1 comment:

  1. masih ada yuang pernah elang jawa sama rangkong nggak di gunung muria? mohon informasinya.

    yogajiwanjaya@yahoo.com
    085740786899

    ReplyDelete